Laki-laki Penyeduh Kopi

[I]

Di sebuah kedai yang nyaris bangkrut sebab tak ada wifi
Tiga cangkir kopi disajikan tanpa camilan
Satu untuk kesendirian
Dua untuk kawan
Tiga untuk perlawanan

Puisi-puisi dipajang pada dinding yang lengang, karena pigura-pigura telah dirampas kenangan
Buku diselimuti debu, penulisnya hilang dicuri waktu
Tersisa manusia yang bicara bahasa gagu.

[II]
Laki-laki itu bicara bahasa kopi
Mulutnya pahit
Ia tidak percaya negara
Katanya, Tuhan ada di desa-desa bersama petani dan marbot mushala
Meski banyak orang mengira surga-Nya ada di mukena seharga dua setengah juta

Laki-laki itu tukang seduh
Saban malam ia menyeduh kisah-kisah di jalanan
Gelasnya penuh oleh keluh orang-orang kalah
Diseduhnya air mata gelandangan, diminumnya bersama dendam

[III]
Lalu pada suatu malam
Tukang Seduh ditemukan tewas
Ia ditikam oleh seseorang bernama Teman
Ia mati memeluk puisi
Gelandangan menangis
Tak ada lagi kopi gratis.

Komentar