Melankolia

Bermain-main dengan kesepian kadang memberikan lelah tersendiri. Mendapati diri duduk bersimpuh pada lantai yang dingin ketika hujan sedang turun di ujung malam. 

Keletihan ini dipendam dalam sekam, matang ketika beban datang bertubi-tubi, menerjang fisik dan mental. Hingga akhirnya tumbang di antara ketiadaan. Tanpa siapa-siapa, tanpa apa-apa.

Air mata pun jadi malfungsi. Tidak bisa menunaikan tugasnya sebagai pelepas emosi. Terjebak di runtuhan benteng diri, jatuh sejatuh-jatuhnya, lemah selemah-lemahnya. Tak bisa mencari pertolongan, dan tiada yang sempat menolong. 

Akhirnya teriakan itu hanya menggema di dalam dada, tangis itu hilang sebelum pecah. Memoria masa lalu, saat tangan tergenggam, ketika langkah tertuntun menertawakan kesendirian, yang ternyata tidak sekuat yang dibayangkan.

Teriak ku di pantai, berlari ku ke hutan, adalah representasi bahwa tidak ada siapa-siapa di sisi

Komentar