Kepada Dia Tempat Bertukar Lara
Dulu,
Kita melawan
sepi bersama, dengan janji kita ‘tak akan pernah sendiri. Malam dengan sunyi
berkepanjangan kita ramaikan dengan nyanyian di atap pukul dua dini hari. Kita
adalah dua sepi yang bermuara kepada pagi dan mimpi. Perjamuan-perjamuan dalam
ruang imaji, menguatkan telepati mengeratkan percakapan sanubari.
Masih ingatkah,
engkau?
Dulu,
Kita saling
berbagi sepi. Terlentang di atas savanna melihat bintang di tempat tanpa nama,
menghadirkan cita untuk berbagi cinta, meniti tangga membangun rencana, merawat
wacana. Kita adalah apa-apa yang dilahirkan sepi kepada mereka yang menantang
sunyi
Masihkah, kita?
Biar sejenak aku menarik nafas panjang, yang dulu,
pasti engkau tahu arti hembusan nafasku.
Seharusnya aku bahagia,
dan aku memang harus bahagia. Sebab sepimu telah pergi, engkau telah membunuh
sepimu, engkau telah terbebas dari apa-apa yang menyayat hati. Ruang hatimu
telah penuh tanpa ada lagi sepi
Aku bahagia.
Setidaknya aku merasa bahagia, dan sudah seharusnya aku bahagia
Lalu sepiku
bertanya,
“Lantas,
bagaimana engkau akan berbagi sepi?” .
Hening
Komentar
Posting Komentar