Wajib Camping Squad
Ini adalah perjalanan pertama gue ke Kepulauan
Seribu. Gak ada ekspektasi apa-apa, cuma niatnya mau merenung aja di pulau
sambil kemah di pinggir pantai. Akhirnya gue putuskan buat ikut open trip ke
Pulau Cipir, Pulau Onrust dan Pulau Kelor oleh Liburan Sekolah. Penyebrangan
dijadwalkan jam 10 pagi di Dermaga Kamal Muara, berhubung gue dari Subang, jadi
gue berpikir keras biar bisa sampe Dermaga Kamal Muara jam 10 pagi tanpa perlu
nginep di Jakarta dulu. Awalnya gue mau naik bis dari Terminal Subang ke Terminal
Rambutan yang berangkat jam empat dini hari, tapi mendengar desas-desus macet
di Tol Cikampek, gue urung naik bis. Beruntungnya, gue berhasil menemukan
jadwal KRL. Dan gue putuskan gue akan naik bis dari Subang ke Terminal Bekasi
jam lima pagi, terus lanjut naik KRL dari Stasiun Bekasi jam delapan dan sampai
di Stasiun Jakarta Kota jam sembilan, terus nyambung ojek online dari Stasiun Jakarta Kota ke Dermaga Kamal Muara. Perfect!
Sesampainya di Masjid Nurul Bahar, udah ada banyak
orang, mereka rata-rata berkelompok tiga sampai lima orang. Well, kayaknya cuma gue yang single fighter. Baiklah. Jam sepuluh
lebih lima belas gue dan rombongan berangkat menuju Pulau Cipir. Perjalanan
sekitar 30 menit. Pulau Cipir ini dulunya adalah Pulau Pengintai yang di dalamnya
didirikan rumah sakit untuk perawatan dan karantina jemaah haji yang baru
pulang ibadah haji pada masa kolonial. Setelah merdeka, katanya pulau ini
sempat terbengkalai sampai akhirnya zaman orde baru, dijadikan sebagai tempat
karantina (lagi) bagi penderita penyakit kusta dan TBC. Biar gak menular
makanya diasingkan (dan banyak warga sekitar yang bilang kalau para pesakitan
itu cuma diasingkan aja ke pulau ini, tanpa diobati). Sampai akhirnya sekarang
Pulau Cipir ditetapkan sebagai situs arkeolog bersamaan dengan Pulau Onrust dan
Pulau Kelor. Sayangnya, yang tersisa Cuma tinggal reruntuhan rumah sakitnya
aja. Walau begitu, masih bagus kok buat foto-foto. Hihi
Habis dari Pulau Cipir, gue dan rombongan naik kapal
lagi ke Pulau Onrust. Sebenernya dulu antara Pulau Cipir dan Pulau Onrust ada
semacam penghubung antar pulau, bukan jembatan tapi kayak batu yang
ditumpuk-tumpuk dan bisa dilewatin. Tapi karena abrasi, jadi sekarng udah gak
ada lagi. Di Pulau Onrust, gue dan rombongan makan siang dan shalat. Sehabis
shalat, kita dipandu sama guide dan dijelasin tentang sejarah Pulau Cipir,
Pulau Onrust dan Pulau Kelor. Buat yang kepo sejarah Pulau Onrust, googling aja. Banyak banget. Lagian bukan itu pokok bahasan tulisan gue kali ini hehe
Buat lo yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, pernah gak ngebayangin bisa kemah di pinggir pantai, sambil nyanyi-nyanyi bareng malem-malem? Nah gue juga awalnya sempat kaget karena bisa loh kemah di Kepulauan Seribu. Yaitu di Pulau Kelor. Gue berterima kasih banyak sama Mas Toto and friends yang punya ide buat bikin acara kemah di Pulau Kelor karena it was so amazing experience ketika lo jengah dengan kemacetan dan segala hiruk pikuk kemodernan di ibukota.
Back to topic, jadi sehabis makan siang dan keliling di Pulau Onrust, gue dan rombongan nyebrang lagi ke Pulau Kelor. Berbeda dengan Pulau Cipir dan Pulai Onrust yang masih banyak pohon (dan adem), di Pulau Kelor ini jarang sekali pohon. Tapi bagusnya, di pantai yang landai dan berpasir putih ini kita bisa leluasa bangun tenda. Setelah dibagi kelompok, kita disuruh bangun tenda sendiri. Buat yang belum pernah bangun tenda, pasti seru karena kita jadi tahu gimana ribetnya bangun tenda (nah loh, gimana bangun rumah tangga? #eh). Tapi tenang, kita bakal dipandu dan dibantuin kok sama tim dari Liburan Sekolah. Setelah selesai pasang tenda, kita games sore. Hati-hati aja. Games-nya bisa bikin kita ketawa dan jadi saling kenal sama peserta lain (bisa pdkt nih. Uhuk). Dan sehabis games, kita dikasih waktu bebas buat nikmati pantai dan senja. Bisa sambil foto-foto, atau keliling pulau sambil ngopi sore menatap matahari terbenam
Sehabis magrib, waktunya makan. Sebenernya di Pulau Kelor asupan listrik terbatas,asalnya cuma dari genset milik petugas yang tinggal di Pulau Kelor. Tapi berhubung habis makan malam ada live acoustic, jadi sama petugas listriknya baru dimatiin pas jam 12 malem. Setelah kenyang, kita pada duduk manis di depan tenda masing-masing sambil liat mas-mas kece prepare buat acoustic.
Dan acaranya seru banget. Lagu-lagu yang dibawain mostly lagu-lagu tahub 80-90an meski kadang melenceng ke tahun 70an. Bento, Jadikanlah Aku Pacarmu, Begitu Indah, Laguki, Pelangi di Matamu, ya lagu-lagu zaman kita masih pake putih biru deh. Tapi gak sebatas pop doang, ada dangdutnya juga, melayuan juga pokoknya seru. Sampai akhirnya jam 12 malem listrik padam. Tapi akustikan lanjut terus meski tanpa sound. Pas banget kemaren bulan purnama, jadi gak ngerasa gelap sama sekali... Just imagine aja... Malem-malem di tengah bulan purnama, tiduran di atas pasir sambil denger musik akustik lagu-lagu 90an. I am so melancolic !
Dan panitia musik akustiknya juga paling jago bikin suasana makin romantis. Mereka pasang lampu-lampu kecil di sekitar 'panggung' dan bikin pendengar makin merasa syahdu du du du....
Ah pokoknya gue gak nyesel memutuskan untuk little escape di Pulau Kelor ini. Feel-nya bener-bener dapet and I think I would like to join this trip again next time...
Komentar
Posting Komentar