Mengeja Yogyakarta

Tiba-tiba saja rindu itu tiba. 
Kepada dia yang ada di tengah jawa. 
Tempat pernah kutulis puisi cinta dan lara.
Yogyakarta selalu punya tempat istimewa. 
Untukku, untukmu, untuk semua.
Tapi Yogyakartaku, adalah milikku. 
Bersama isi dan kenangan-kenangannya...
Bersendal jepit saja
Jalan kaki sore hari, membaca hari dan orang-orang yang datang dan pergi
Secangkir wedang ronde dan gelembung sabun di alun-alun
Yogyakartaku, tetap Yogyakartaku
Yang hanya bisa kulihat dari mataku
Bukan Malioboro, bukan Keraton
Bukan kafe atau angkringan
Yogyakartaku adalah masa silam
Yang banyak pedati
Yang senyum sana sini
Yang wangi dupa
Yang cantik saat senja
Yogyakartaku, akan selalu jadi Yogyakartaku
Mau sehebat apapun Ia berubah
Yogyakartaku tetap kamu

Komentar