Sepotong Hari untuk Amanda

"Kamu mau nikah sama aku?"

Hening. Angin Jakarta malam itu jadi orkestra bisu. Kerlipan lampu adalah lampu panggung. Dan aku, juga Hari yang berdiri di atas atap, saling menatap, dan berjarak. Kenapa Jakarta jadi sedingin ini?

"Sebenernya, kenapa kita putus?"

Lalu Jakarta berubah jadi kuburan yang ramai. Berisik. Aku coba menjawab dalam bisik, harap-harap Hari bisa mendengar dan mengerti. Tapi keningnya masih berkerut. Telepati kami tak lagi sakti.







Jakarta, Hari untuk Amanda

Komentar