Sebut saja mereka marah

Manusia yang minta dikasihani adalah mereka yang memuja kelemahan

* * *

Makin baik dia mendengar, makin diam dia bicara

* * *

Apa yang lebih menghinakan dari sebuah perasaan mengiba diri sendiri?

* * *

Hidup memang main-main. Tapi selalu pakai aturan main

* * *

Pilihannya adalah dua. Di-kan atau me-kan

* * *

Manusia sering memilih menjadi korban. Padahal korban berati kelemahan. Apalagi korban kehidupan. Dasar picisan!

* * *

Manusia memang butuh penghargaan. Tapi bukan berarti mengemis pengakuan

* * *

Mulut yang sia-sia adalah mulut yang hanya bisa makan

* * *

Kalau saya tolol, kamu lebih tolol. Karena mau berteman dengan orang tolol.

* * *

Jahat yang baik lebih bagus daripada baik yang busuk

* * *

Tren saat ini adalah : membesarnya badan, menciutnya otak, memendeknya umur, memanjangnya dosa, dan semua itu sudah jadi biasa.

* * *

Apakah Tuhan marah saat hamba-Nya tidak menikmati kenikmatan berpikir dari-Nya?

* * *

Kita ini hanya spekulan dalam kehidupan. Bermodal prasangka lalu merasa paling bisa. Padahal bukti cuma sebuah kabar tanpa nama

* * *

Ilmu bumi. Sejak kapan keanehan terjadi dimana-mana? Keanehan hanya terjadi di beberapa tempat. Maka jangan heran jika kamu merasa sendiri

* * *

Susah kalau tua sudah membatasi dewasa. Senioritas menindas atas asas kenormaan yang tak beralas. Cih

* * *

Anggun itu bawaan. Bukan ciptaan. Ia lahir dari dalam, bukan hasil lingkungan. Anggun adalah kamu yang kamu

* * *

Di dunia ini makin banyak orang baik, yaitu mereka yang rela menjalani hidupnya untuk orang lain. Salut!

* * *

Tidak pernah ada standarisasi dalam hal kebaikan sebuah pribadi. Itu semua hanya persepsi.

* * *

Anda menanam kebaikan atau menuntut kebaikan? Karena kebaikan tidak selalu melahirkan kebaikan.

* * *

Seburuk atau bahkan sebaik apapun keluarga, tidak akan pernah bisa ada dua kepala di dalamnya

* * *

Yang lemah itu siapa? Adalah dia yang berpura-pura

* * *

Wacana ada untuk mereka yang suka bicara. Bukti ada untuk mereka yang suka aksi nyata









Dan serenteng lagi bersarang di kepalaku yang kelelahan mencerna bahasa kehidupan (mereka)

Komentar