Bandung [Tak Kenal Maka Tak Sayang]

Hai Folks..
Masih di sini bareng JAL-E, di Bandung yang sekarang lagi hobi hujan.
By the way anyway busway, udah seberapa sering sih kalian ke Bandung? Pasti gak asing dong yah sama jalan Cihampelas, Gasibu, Cibaduyut dan kawan-kawan?
Nah kali ini si gue mau ngebahas tentang nama-nama jalan yang ada di Bandung. Bahas apanya? Jadi gini, budaya orang sunda itu biasanya memberikan nama pada suatu daerah atau tempat berdasarkan peristiwa ataupun keadaan di daerah tersebut. Mengacu kepada kebiasaan tersebut dan pepatah 'tak kenal maka tak sayang' makanya si gue kali ini mau ngebahas beberapa nama jalan di Bandung dan alasan dikasih nama itu. Boleh percaya boleh engga tapi yang jelas, there is something behind everything, right? So here we go. . .
*Cihampelas
Cihampelas, berasal dari kata Ci - Hampelas. Ci bermakna sungai, dan Hampelas adalah nama sebuah pohon yang zaman dulu daunnya yang kasar suka dipake buat mengampelas atau ngalusin barang-barang yang permukaannya kasar. Kalo sekarang pohonnya udah gak ada, udah diganti sama pohon beton. Hihi
*Dago
Siapa yang gak kenal Dago? Selain terkenal sama tempat nongkrong, Dago juga dikenal karena macetnya. Dalam hal ini, nama adalah doa berlaku. Jadi gini Folks, zaman dulu waktu Bandung masih berupa hutan dan jalanan masih jalan setapak, para petani sayur yang ada di Lembang biasanya akan melewati daerah Dago untuk menuju ke kota buat ngejual hasil panen mereka. Bandung zaman dulu masih rawan perampokan (ya semacam begal pada zaman itu), makanya para petani biasanya suka saling tunggu supaya mereka bisa ke kota bareng-bareng. Nah mereka biasanya saling tunggu di daerah Dago sekarang ini. "Dagoan nyak" itu yang biasa mereka bilang. Artinya "tungguin yah", karena dago dalam bahasa sunda artinya tunggu. Makanya dikasih nama Dago yang artinya tempat padago-dago atau saling tunggu. Kalo dulu para petani sama pedati mereka yang saling tunggu, sekarang para pelancong sama mobil mereka yang saling tunggu alias macet. Hihihi
*Pasir Kaliki
Tau Mall IP? Istana Plaza? Atau Bali Heaven? Factory Outlet bergaya Bali di deket perempatan lampur merah Sukajadi? Nah jalan Pasir Kaliki itu ya jalan setelah lampu merah Sukajadi, yang menuju ke arah IP atau Hotel Horison. Tau gak kenapa dikasih nama Pasir Kaliki? Bukan, bukan karena di sana dulu banyak pasir. Sama sekali bukan. Jadi kalo di bahasa sunda itu, pasir artinya bukit. Nah zaman dulu di daerah Pasir Kaliki itu adalah daerah berbukit yang banyak ditumbuhi pohon kaliki (pohon jarak). Makanya sama orang sana disebut Pasir Kaliki, artinya bukit yang banyak pohon kalikinya.
*Cicendo
Siapa yang di sini kalo ke Bandung sukanya naek kereta api tut tut tut? Harusnya tau dong sama yang namanya Rumah Sakit Mata Cicendo. Rumah sakit ini letaknya di jalan Cicendo, persis di belakang rumah dinasnya gubernur Jawa Barat, gedung Pakuan(ayo buka lagi petanya). Nah nah, jalan Cicendo dan Rumah Sakit Mata Cicendo ini ternyata bukan suatu kebetulan namanya sama. Mentang-mentang rumah sakitnya ada di Jalan Cicendo terus dikasih nama Rumah Sakit Mata Cicendo. Sama sekali bukan. Ada hubungannya. Apa? Jadi dulu ada sebuah pohon namanya pohon Cendo dan dulu daunnya itu bisa untuk menyembuhkan sakit mata. Makanya rumah sakit itu dikasih nama Rumah Sakit Mata Cicendo yang kemudian jalan tempat rumah sakit itu berada dikasih nama jalan Cicendo.
*Cibaduyut
Hayo siapa yang di sini hobi belanja sepatu or  barang-barang kulit? Di Bandung, sentra pembuatan sepatu khususnya sepatu kulit ada di Cibaduyut. Cibaduyut ini emang udah lama terkenal karena kualitasnya. Awalnya sih dulu pas taun 1920-an banyak warga situ yang kerja jadi buruh pabrik sampe akhirnya ada salah satu warga disitu yang nyoba buat bikin sepatu sendiri. Lama-lama sodaranya, tetangganya, tetangga tetangganya semua jadi ikut belajar bikin sepatu sama dia dan bikin usaha sendiri. Jadilah sekarang daerah Cibaduyut sebagai salah satu pertokoan terpanjang yang jadi sentra sepatu kulit homemade. 2 kilometer bo! Masuk MURI pula. Nah terus kenapa namanya Cibaduyut? Kalo Cibaduyut sendiri diambil dari nama pohon yang waktu itu banyak tumbuh di daerah Cibaduyut sekarang. Namanya pohon Baduyut (Trichosanthes Villosa Blume), semacam tumbuhan liar merambat yang masih sodaraan sama bonteng, timun, semangka dan sodara-sodara labu yang lainnya. Kalo ditanya buahnya kayak apa, susah dijelasin. Soalnya di Cibaduyut sendiri udah gak ada. Kalo kata mbah gugel sih, buahnya bentuknya lonjong terus di seluruh buahnya dilapisin rambut halus warna kuning. Dia katanya dulu suka dipake buat obat diare. Hihi. Dari obat diare ke sentra sepatu. Itulah hidup (lho)
*Kopo
Salah satu gerbang tol plus jalan yang hobinya macet. Betul? Hihi. Kopi ini macet soalnya banyak pabrik disepanjang jalan, udah gitu cuma ada dua ruas. Jadi ya wajar yah kalo di jam-jam tertentu macet. Kopo (jangan ditambah 'k' lagi di belakangnya yah!)ini berasal dari akronim yaitu Koboi Polontong. Soalnya dulu di daerah ini banyak orang belagu alias preman. Tapi tenang, sekarang mah udah aman.
*Ciwidey
Siapa yang pernah ke Kawah Putih angkat jempol (kakinya) hayoo.. Yups. Objek wisata Kawah Putih letaknya emang di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Eits, ntar dulu. Kita bukan mau bahas Kawah Putih, kita mau bahas tentang Ciwideynya. Alias kenapa namanya Ciwidey. Jadi, ada beberapa versi. Ada versi asing dimana Ciwidey di ambil dari bahasa Portugis yang artinya kiwi dan hari. Ada juga yang dari bahasa Yunani, yang kalau diartikan sapi dan lima yang katanya zaman dulu daerah ini tempat kelahirannya sapi berkepala lima, yaitu di Rumah Sembah Sapi yang dipunyai sama Bapak Raden Batubara. Selain itu ada lagi yang versi sundanya, yaitu dari kata Cai - Wide. Cai sendiri artinya air atau sungai dan Wide artinya tirai bambu. Jadi dulu di kawasan ini emang banyak ditumbuhi sama bambu layaknya tirai (saking banyaknya) dan itu dapat dilihat dengan banyaknya kerajinan anyaman bambu di daerah Pasirjambu, Ciwidey.
*Pangalengan
Masih di area selatan, tepatnya Kabupaten Bandung yaitu Kecamatan Pangalengan. Pangalengan ini mirip-mirip sama Lembang, terkenal sama sayuran dan juga susu. Selain itu, di kawasan Pangalengan juga terkenal sama hasil perkebunan lainnya yaitu teh sama kopi. Nah itu semua ada hubungannya sama nama Pangalengan. Jadi pas zaman penjajahan dulu, sebelum teh memasuki masa kejayaan di bawah para "Preanger Planters", kopi adalah primadona di kawasan Priangan. Di daerah Pangalengan ini jadi tempat pengemasan kopi, alias kopi yang udah diolah dimasukin ke kaleng-kaleng. Masyarakat Pangalengan saat itu akhirnya menamai daerah mereka dengan Pangalengan yang bisa diartikan dengan 'proses mengalengkan'.
(Cobain deh kopi Java Preanger Pangalengan dari ARCKOFFIE )atau teh malabar. Mantap!
*Tegalega
Ini bukan nama daerah sih, tapi nama tempat. Tegalega sekarang ini berupa kawasan monumen yang dibangun buat memperingati Bandung Lautan Api. Nama Tegalega sendiri udah ada dari zaman noni Belanda ada di tanah Priangan. Jadi dulu di kawasan Monumen Tegalega sekarang ini adalah tempat pacuan kuda. Zaman dulu hiburannya para Nederlanche adalah gedung concordia (tempat mereka berpesta), kawasan Braga dan kawasan Tegalega). Tegalega artinya lapangan yang lega. Tegal di sini artinya lapangan, in sundanese language.
*Gasibu
Ini juga sama. Bukan nama daerah tapi nama tempat. Gasibu ini nama lapangan yang ada di depannya Gedung Sate. Tau kan? Yang kalo hari minggu suka jadi pasar kaget. Gasibu di sini bukan mengacu ke Gazeeboo yang artinya tempat ngumpul yah. Tapi lebih kepada akronim. Gasibu : GAbungan Sepak bola Indonesia Bandung Utara.
Dan kalo mau diterusin masih buanyak lagi loh Folks...
Tapi buat kali ini cukup jalan-jalan yang 'terkenal' dulu.
So, nanti kita sambung lagi, masih dalam rangka "BANDUNG : Tak Kenal Maka Tak Sayang"


Wilujeng mios baraya.....

Komentar