[Kasodo 2015] Kawasaki KLX 150 #1


Malang, 31 Juli 2015
Setelah semalaman si saya kedinginan, akhirnya kereta berhenti si stasiun terakhir, Stasiun Malang Kota. Keluarga yang menjadi teman sebangku si saya sudah turun tadi di Blitar, sekitar jam 05.00 subuh. Kereta hanya terlambat beberapa menit dari jadwal. Jam 08.15 kaki si saya sudah berdiri diantara rel di Stasiun Malang Kota. Perasaan takjub, bahagia, merasa hidup, haru semua menjadi satu. Para pendaki dan petualang dengan tas, carrier dan daypack masing-masing bergerak menuju pintu keluar. Langkah mereka tegap dan mantap meski mereka menggendong carrier yang gede-gede dan pasti berat. Mata si saya jelalatan mengamati sekaligus mengagumi. Ah, si saya pun ingin. Ingin bersama bertualang bersama kawan. Tapi kawan yang sebenar-benar kawan, kawan jalan, kawan berbagi dan kalau bisa kawan hidup (abaikan).
Sampai di depan stasiun, langsung si saya kabari BG (bukan nama sebenar), kawan yang tinggal di Batu dan akan jadi guide si saya selama trip kasodo ini. Satu sms terkiri. 10 menit berlalu. Sms kedua dikirim. Handphone si saya masih tak bergeming. Beralih ke Blackberry Messenger dan hasilnya masih nihil. PING pertama dikirim. Lima menit berlalu masih belum dibaca hingga akhirnya jam 9 lewat BG balas
"Maaf, aku ketiduran. Aku siap-siap dulu ya"
Okesip. Baiklah mari menunggu. Akhirnya si saya memilih menunggu didepan halte tempat para supir taksi menunggu giliran jalan. Lebih aman dari berisiknya calo dan juga bisa ngobrol lebih leluasa tentang Malang dan Batu.
Sekian lama, setelah 4 supir taksi yang menjadi korban wawancara si saya, Handphone si saya bunyi. Aha, BG ! Dia sudah sampai rupanya. Mata si saya kembali jelalatan karena jujur ini adalah pertemuan kedua setelah tahun 2012.
Alhamdulillaah... BG! Muka si saya tersenyum sumringah dan BG balas tersenyum tapi langsung kembali kecut. Hal pertama yang dibahas adalah batalnya teman-teman BG untuk ikut ke Bromo yang otomatis tinggal si saya sendiri dan sudah pasti biaya bakal membengkak. BG yang pun sama memiliki naluri backpacker segera cari cara supaya meski si saya berangkat sendiri, tapi biaya gak bengkak terlalu besar. Akhirnya kami duduk di salah satu warung nasi di sekitar stasiun. Sambil menikmati nasi rawon, kami sibuk telpon sana sini, sms sana sini.
Hingga akhirnya muncullah satu keputusan.
Ke Bromo malam ini pakai motor trail dengan biaya sewa motor 250 ribu dan estimasi bensin 50 ribu. Cukup sepadan dibanding harus sewa mobil jeep seharga 600 ribu.
Pukul 12.00 WIB setelah bayar, BG langsung memacu motor matic merahnya mengitari Malang sambil kami melaju ke Batu, rumah BG dan cari homestay untuk si saya bersih-bersih dan lurusin punggung.
Homestay di Songgoriti, milik temannya BG dengan harga bersahabat jadi tempat terakhir si saya siang itu. Tepat pukul 14.10 BG meninggalkan si saya di homestay untuk wara wiri juga ambil motor setelah sebelumnya kami janjian akan berangkat ke Bromo pukul 12 malam dan BG akan jemput jam 11 malam.
Baiklah, it's sleep time
Masih di tanggal yang sama,
Batu, 31 Juli 2015
Jam 10 malam BG jemput. Suara raungan motor trail membuat si saya deg-degan. "Motor trail, ke Bromo jam 12 malem dimana sekarang musim panas yang artinya Bromo lebih dingin" baiklah. Si saya merapatkan jaket gunung warna merah.
Sebelum kami berangkat ke Bromo, kami mampir ke rumah BG untuk simpan carrier dan juga menambah amunisi untuk perjalanan malam ini.
Begitu sampai di depan rumah BG, ada perasaan syahdu juga haru yang makin menjadi. Rumah BG masih berarsitektur lama, masih memakai tegel yang dingin sehingga kami harus memakai sandal didalam rumah. Ibu BG adalah penjual mie pangsit yang enak. Baru kali ini si saya doyan makan pangsit basah. Benar-benar enak. Ditambah lagi secangkir kopi tubruk enak campuran kopi bali dan kopi sidomukti yang membuat saya langsung jatuh cinta sama kopi tubruk. Malam yang begitu berkesan dan tak terlupakan.
Lalu akhirnya pukul 12.25 kami berangkat menuju Bromo via Tumpang untuk menyaksikan acara Kasodo 2015.
Dalam dinginnya malam, aku menangis
To be Continue

Komentar