She is Crying [Dua Cangkir Kopi]

"Mir ntar kan kita keluar di Maribaya, terus dari Maribaya ke Bandungnya gimana? Kan mobil kamu di Dago"

"Tenang, everything is under control bos"

"Siap ibu komandan. I trust you. By the way, kamu gak selfi-selfi nih?"

"Ish elu tuh yah, sejak kapan sih aku hobi selfi. Moto sama selfi beda yah" Mira bersungut-sungut

"Lah, kemaren kan jari kelingking aja kamu foto"

"Itu bukan selfi Amirudin" Mira menyubitku gemas. Tapi sungguh tak sakit.
"Entah otakmu yang masih jetlag atau emang udara Bali udah bikin otakmu berkabut yah?"

"Haha, segitunya deh"

Kami berdua tersenyum simpul. Lalu tiba-tiba keheningan menyergap kami. Lidahku kaku, suaraku tercekat ditenggorokan padahal otakku dipenuhi aneka pertanyaan dan pernyataan. Entah apa yang Mira rasa tapi ia pun diam membisu. Sesekali tangannya menyetuh daun-daun yang kami temui disepanjang jalan. Ah, aku benci suasana seperti ini

"Mir"

"Amir"

"Lah, jadi barengan gini" aku kikuk

"Hehe iya nih. Sok kamu ada apa?"

"Gak apa apa sih Mir. Ladies first"

"Giliran begini baru ladies first"

"Hehe"

" . . ."

Mira diam. Aku merasa ada banyak hal yang ingin ia bicarakan namun aku tak tau apa yang membuatnya justru diam

"Udah 8 bulan"

Mira bersuara.

"Heh? Apanya yang 8 bulan?"

"Udah 8 bulan aku gak ngurus bunga dan pohon-pohon lagi. Udah 8 bulan aku gak nyentuh kamera, Amir"

"Kenapa Mira?"

"It's to hurt to express it through the lens or flowers"

"Do you still love him?"

"I don't know. Aku gak tau"

"He hurts you, but you still love him because you did it to much. Your heart and your mind are againts each others. Am I correct?"

"Kayaknya"
Aku menarik tangan Mira dan duduk disebuah shelter yang menghadap ke penangkaran rusa

"Mir, kamu harus ngebebasin diri kamu dulu. Kamu gak akan bisa bener bener bahagia kalau kamu masih memyimpan luka Mir. Kamu cantik, cerdas, pekerja keras, pribadimu asik, and it should be easy for you honey"

" How you through this,Amir? Gimana kamu bisa ngelepasin semua?" Kulihat mata Mira mulai berkaca-kaca. Tapi bukan Mira namanya kalau ia tak bisa menahan gelombang air matanya.

"Aku membiarkan semuanya Mir. Aku melepaskan sedihku, bahagiaku, semua aku lepas pada hari itu. Live to short to be sad. You should live a life you will remember Mir. Hidup seperti apa yang mau kamu kenang saat kamu tua nanti? Hidup seperti apa yang ingin kamu ceritakan dihari tuamu nanti?"

"Aku boleh pinjem bahu kamu?"

"Anything for you,Mira"

Mira merebahkan kepalanya dibahuku. Wangi rambut yang sama seperti 15 tahun lalu memenuhi otakku. Tanpa kusadari aku merasa hangat dibagian bahu. Ya, hangat. Oh tidak, Mira menangis ! It's not good

"Berat banget yah" aku mencoba menenangkannya. Mira mengangguk pelan. Tangisnya tanpa suara, menandakan masih ada gumpalan emosi yang tertahan didadanya, emosi yang ia tahan dan takut untuk ia keluarkan

"Nangis aja Mira sayang, gak apa apa kok. Kan dulu kamu yang bilang, manusia itu butuh nangis buat nunjukin kalau cuma Tuhan yang kuat. Just let it go, Mira"
Mira masih diam dan kehangatan itu mulai merembes masuk ke kulitku
"Jangan kamu tahan lagi Mira. Lepaskan. Aku disini" kugenggam tangannya mencoba memberinya sedikit kekuatan. Mira mulai tersedu
"Keluarin semua Mira. Semuanya. Sedihmu, bencimu, marahmu, keluarin semua Mira" dan Mira mengangkat kepalanya dan menatap nanar ke depan.

"Gue ngerasa tolol ! Tolol ! Dalam jangka 3 tahun semua carut marut. Lu bayangin, coba bayangin wanita tolol seperti apa yang selama 3 tahun ini terjebak kedalam permainan 2 orang laki-laki yang seharusnya dia udah tau it gonna be worse ! Wanita tolol mana yang sekuat tenaga keluar dari lubang buaya tapi malah memasukan dirinya ke kandang singa? Wanita tolol macam gue Amir ! Dan lebih tololnya gue terjebak dalam cinta yang gue benci. Tolol !" Mira menangis hebat. Bahunya berguncang keras. Air matanya terus turun, hidungnya memerah seketika. Ini pertama kalinya aku melihat Mira menangis seperti ini. Tiba-tiba aku bingung. What I've to do? What I've to say? Argh

"I'm sorry Mira. I should be there, nemenin kamu, support kamu, nguatin kamu, as usual as we do for along this time. Tapi aku disini sekarang, dan aku janji dalam waktu 2 bulan ini, we will fix you. We through this together oke" aku mengencangkan genggamanku

"If I could change the time. Anyway thanks Amir. You are my bestfriend. The one and only"

"Tau kok"

"Kumat" Mira menyubitku pelan. Perlahan kulihat senyum tipisnya kembali

"Ayok ah, jadi menye-menye gini. Ayok kita jalan lagi, gak sabar nih mau makan ketan goreng sepuas-puasnya" aku bergegas berdiri

"Let's do it Mr. Busy" Mira berdiri dan menjajariku. Kami tersenyum dan ya, itulah senyum Miraku, the true smile .

Mira, dulu aku melewatkan kesempatan untuk menguatkan dan membantumu bangkit. But this time, Aku tak akan melewatkanmu,lagi



Bersambung

Komentar