Hujanku kembali kemarin sore
Hujan kembali datang
Dengan sapanya yang tak ramah seperti biasa.
Tatap matanya berkilat-kilat
Suaranya menggelegar.
Hujanku tak lagi lembut
Ia memandangku murka
Beberapa detik kami saling memandang
Lalu ia mereda. Menyisakan tetes tetes airnya pelan
Hujan kembali
Menggenggam hatiku seperti dulu
Ketika langkah kaki tertatih menyusuri setapak
Hujan kembali
Memelukku mesra seperti saat itu
Disaat kepingannya berceceran
Tetesnya saling merekatkan
Hujan kepada
Kata yang tak sempat bicara
Suara yang tak terdengar
Hati yang saling berbisik
Luka yang tak terusik
Dan rindu yang membeku
Dengan sapanya yang tak ramah seperti biasa.
Tatap matanya berkilat-kilat
Suaranya menggelegar.
Hujanku tak lagi lembut
Ia memandangku murka
Beberapa detik kami saling memandang
Lalu ia mereda. Menyisakan tetes tetes airnya pelan
Hujan kembali
Menggenggam hatiku seperti dulu
Ketika langkah kaki tertatih menyusuri setapak
Hujan kembali
Memelukku mesra seperti saat itu
Disaat kepingannya berceceran
Tetesnya saling merekatkan
Hujan kepada
Kata yang tak sempat bicara
Suara yang tak terdengar
Hati yang saling berbisik
Luka yang tak terusik
Dan rindu yang membeku
Jakarta, 26 Okt 2011
Komentar
Posting Komentar