Aku, malam dan secangkir kopi

Kuhabiskan waktu menjemput larut, menikmati sisa sisa kopi yang aku sendiri tak tahu rasanya. Bibirku kelu, seperi hatiku. Mati rasa.

Kuresapi sejenak, nada nada yang memantul dari dinding kamarku yang pengap, pengap dalam arti palsu. Aku terhanyut, tersayat sedikit demi sedikit. Bukan, bukan darah yang ku buang, tapi air mata! Air mata tentang sesuatu yang tak dicerna oleh otakku yang overload. Sesuatu yang hatiku pun enggan merasakannya.

Jiwaku sakit, merintih ditengah malam gulita, bersaing dengan nyanyian hati yang pilu. Saling berlomba, mana mendominasi. Dan aku terkapar tak berdaya membiarkan fikirku di ambil alih tanpa paksa.

Dan malam semakin malam, gelap memuncak, meski hujan telah pergi. Aku sendiri, kehilangan hujan, dan aku menunggu, sebuah hujan
Selamat tidur dunia, terlelap bersama mimpimu, aku disini, terjaga bersama sisa-sisa kopi dan nada nada yang saling berpantulan..


Bandung, 14 Apr 2011

Komentar